My morphine was back but i was stupid to let him go!!!!!!!!!!!!!!
Seperti aku ceritakan dari mana dia berasal, dari mana awal kami berkenalan. Dari mana awal kami memulainya. Perkenalan kami yang begitu singkat seperti kedipan mata. Seperti yang telah aku gambarkan sebelumnya. Dia itu morfin. Terlarang tapi hanya itu yang bisa buat aku bahagia.
Hari ini aku memukulnya mundur. Hari ini dimana dia mulai menyatakan keseriusannya terhadap hubungan kami, aku memukulnya mundur. Dia. Ya, morfinku.
Saat ini aku hanya ingin bernostalgia dengan semua momen yang aku rasakan bersamanya. Momen bertukar pesan elektronik dengannya. Momen kami yang tidak pernah bertemu tetapi kami merasa terikat satu sama lain dan hari ini aku melepaskan ikatan itu dan menjadikan diriku sebagai alfa kembali.
Semua berawal dari, keterdesakan batin yang setiap hari harus mendengar ibuku berbicara kapan aku harus menikah. Wajar memang jika seorang paruh baya ingin segera melihat anak sulungnya berikatan dengan orang lain. Sangat wajar jika seorang yang tahun depan sudah memasuki masa pensiun, harus berkata "Bapak mau cucu".
Aku hanya bisa memejamkan mata, kemudian berjalan ke luar rumah menghirup udara segar meski mustahil mencari udara sesejuk gunung bromo di jakarta. Selama aku berjalan, entah kenapa aku teringat suatu momenku bersama salah satu teman kerja praktiku dulu. Dia pernah menunjukkan keberhasilannya bisa berikatan dengan seorang bule dari German dan ide itu langsung muncul.
Tidak butuh lama akhirnya aku tiba di rumah dan langsung menyalakan laptop tuaku, kemudian kucolokkan modem dan aku mulai mencari cara untuk sampai di titik itu. Aku mencari ke beberapa situs jejaring sosial, mencari cara bagaimana aku setidaknya menemukan satu saja. "Yang ganteng". Pernyataan pertama yang terlintas dipikiranku saat itu.
Akhirnya aku menemukan satu, dia dari Madagaskar, bernama ravi. Dia baik, asik, tapi komunikasi kami putus saat aku tau dia "gak ganteng".
Aku dulu pernah memaki-maki wanita yang hanya melihat sesosok pria hanya dari wajah atau fisik, tetapi sekarang aku ibarat menelan ludah sendiri. Wajah adalah nomor satu dan prinsipku adalah satu "Yang pertama harus GANTENG"
Entah kerasukan apa otaku sampai aku meniru gaya lenje wanita yang pernah aku maki. Mungkin bukan karena kerasukan tapi karena kejengkelan diriku sendiri terhadap mereka yang pernah aku bela. Pria baik tapi tak ganteng. Pria yang pernah aku bela mati"an di depan semua orang, ternyata memang benar-benar tidak 'ganteng' luar dalam. Pria yang pernah aku jadikan mager di hidupku saat itu, ternyata hanyalah sosok manusia biasa dengan kelas standard luar dalam.
Islam juga mengajarkan hambaNya untuk melihat wajah adalah kriteria nomor satu dan mungkin karena aku yang begitu fokus dengan kata 'GANTENG' hingga lupa sisi mana yang harus dibilang ganteng.
Pengalaman Ravi membuat aku mengerti bahwa jika kau ingin mendapatkan orang 'ganteng' maka carilah profile yang memiliki beberapa foto dirinya. Kemudian, aku memilih Benito. Dia orang prancis, kemudian kami chat, dia asik, oke, ramah, tapi setelah 3 hari kami chat, aku baru tau kalau dia tipe cowok nomor dua.
Kalau nomor satu, Ravi adalah cowok 'nge-pas' 'berhati baik'
Kalau benito aku masukan kelas dua yaitu cowok 'ganteng' moral 'busuk'
Hari berikutnya aku kembali mencari dan akhirnya aku menemukan Stephanos. Dia 'ganteng' dan aku mendapatkan bonus ekstra kalau dia muslim.Setelah dua hari chat, aku mengelompokkan dia di kelas 3
cowok 'ganteng' pikiran 'binal'
Bukannya kapok, aku terus penasaran mencari hingga aku berkenalan dengan Jeff, dia pria berkebangsaan Amerika. Umur kami terpaut satu tahun. Jika di Indonesia umur 21 pria sudah terlihat dewasa, tapi tidak aku katakan untuk pria-pria Amerika. Mereka boros diwajah tetapi cara mereka bertutur sama seperti anak TK, sehingga aku masukan sekelompok pria Amerika, Jeff, dkk ke dalam kelas 4
cowok 'baik', pikiran 'bayi'
Dihari yang sama aku menemukan Ahmed, cowok mesir. Dia asik banget, bahkan kami sempat beberapa kali chat tapi rasanya kami lebih cocok menjadi teman sejawat sejagad. Aku pikir dia golongan ikhwan tapi nyatanya dia playboy. Ganteng, iya, tapi say big no no to him!!!!
kelas 5 cowok 'ganteng' pikiran 'gila'
Hingga pada akhirnya setelah lima pencarian aku menemukan sebuah profile. Jika sebelumnya, berdasarkan pengalamanku bersama ravi, aku selalu melihat foto wajah yang mereka pasang di akun mereka. Tapi tidak untuk profile yang ini. Keterangannya standard, tapi memang ada bagian yang menarik dari dirinya, Inggris. Inggris adalah negara yang aku sukai setelah Indonesia, bahkan beberapa poin aku lebih suka Inggris dibandingkan Indonesia.
Namanya Raheem. Dia membiarkan dirinya dipanggil Rah. Dia adalah Morfinku.
Dia tinggal di woltham forest London. Dia bekerja sebagai tukang pipa dan konstruksi bangunan. Dia memiliki 2 adik laki" (22 dan 21) dan 1 adik perempuan berusia 15 th. Dari keterangannya dia anak sulung, sama sepertiku. Usianya 25 th, terpaut 3 tahun denganku. September ini dia akan mengambil kursus CELTA agar dia bisa menjadi pengajar bahasa asing di berbagai negara.
Hanya itu yang aku tau darinya. Selebihnya, dia menceritakan kesehariannya dan lingkungan tempat dia tinggal. Dia sepertinya menutup dirinya dari orang-orang sekitarnya karena dia pernah bilang "i keep myself to myself".
dan aku baru sadar, ternyata kami baru berkenalan selama 3 hari. terhitung dari hari kamis. Padahal aku kira kami sudah berkenalan seminggu. Ya, aku seperti sudah mengenalnya seminggu. Kami tidak pernah chat, dia memintaku untuk berkomunikasi melalui email saja dan aku rasa itu lebih baik.
Ya Allah, ternyata baru 3 HARI!!!!!!!!
Dan hari keempat kami berkenalan, aku membuat ulah karena seperti biasa aku berekspektasi lebih. Setelah 2 hari kami berkenalan satu sama lain, aku memintanya untuk mengirimkan fotonya.
Keesokan harinya aku menerima 2 fotonya. Wow, dia jauh dari ekspektasiku. gak 'ganteng', hitam, besar, dan brewokan. Yah, dia ternyata bukan orang Inggris asli. Dia itu sepertinya warga negara yang bermigrasi ke Inggris. Entah nenek moyangnya atau bagaimana ceritanya, dia jauh berbeda dengan ekspektasiku. Spontan, aku menolaknya mentah-mentah langsung. Ibarat kau sedang makan pizza, tiba" tersedak, lalu kau akan memuntahkan semua pizza yang telah kau makan. Ya, itu aku. Itulah ekspresiku setelah melihat fotonya.
Keesokan harinya, aku berfikir, apakah aku akan menambahkan kelas kembali?
Kemudian sorenya, aku melihat kembali semua rincian percakapan kami. Dari awal sampai akhir kami berkomunikasi, tidak pernah sedikit pun dia membuat aku merasa tidak nyaman. 100% dia membuatku nyaman. 100% dia membuatku tertawa dengan sedikit guyonannya.
Egois sekali aku ketika aku harus kembali membandingkan pria imajinasiku dengan dirinya. Sombong sekali diriku ketika harus mengatakan bahwa dia tidak menarik. akhirnya aku putuskan bahwa dialah morfinku. Terlarang, tapi aku butuh!!!!!!!!!!!!
Hingga hari ini, perjanjian 'tidak akan bersikap seenaknya' runtuh. He said "i went to my friends wedding yesterday it was really nice. It made me feel like getting married :( Inshallah when the time is right allah will make it easy for me and you too inshallah."
Kau tau bagaimana reaksiku setelah membaca pesan ini?
Kepalaku pusing, mendadak mataku gelap, badanku terhuyung jatuh dan aku terduduk sambil menahan sakit. Bukan badanku sakit akibat benturan tetapi tanganku bergerak meremas dadaku dan aku tersadar bahwa bukan badanku yang sakit tapi hatiku yang kacau.
Tak lama, sahabatku membawa makan siang kami, dia diikuti oleh pelayan dibelakangnya. Aku baru sadar ternyata dia sedari tadi melambaikan tangannya kepadaku. Dia tersenyum lalu duduk di persis di depanku. Lalu dia mempersilakan pelayan itu untuk menaruh sepaket katsu di mejaku. Aku tersadar ternyata dia telah memperhatikan ketidakberesanku. Aku mengalihkan pandangannya ke sumpit yang ada di depanku. Kemudian dia menukar katsu kami yang tertukar dan setelah itu dia pergi untuk mencuci tangan.
Kami bicara tentang pengalamanku mencari pekerjaan. Belum ada setahun, aku sudah pindah 3 kali perusahaan setelah itu kami membicarakan proses sidang skripsinya. Dosen Inggris. Kata kedua membuat aku tersedak. Aku sadar bahwa telingaku peka dengan negara ini dan tentunya hatiku kembali seperti diiris pisau. Tak tahan dengan siksaan ini, kembali aku membuka pesan yang Rah kirimkan kepadaku. Aku baca itu tiga kali, kemudian aku sela dengan suapan besar nasi dan salad.
Inilah yang aku cari dari kemarin. Menikah.
Tetapi entahlah ketika tawaran itu lugas dilontarkan kepadaku aku justru bersikap defensif kepadanya. Dengan terang-terangan dia bilang ingin menjadi suamiku di email pertamanya. Dia juga pernah bilang, "walaupun memang banyak yang harus dipikirkan, tapi semua akan baik-baik saja"
Dialah yang aku cari. tapi dengan bodohnya aku justru menjawab
"Raheem, i didn't say any lie with you. You are very very very kind and POLITE man, i'm comfortable talking with you and believe it or not (its up to you, of course) i rarely feel comfort with everybody especially man. i'm very introvert person, when i was child, i almost never talking with my friends and i won't give you more expectation about me. My responsibilities is too much here and maybe i'm not going to get married in long term so you can find another woman to marry you"
Aku menulisnya dengan sadar dan setelahnya aku melihat foto yang kemarin dia kirimkan kepadaku. Dia tersenyum kepadaku. Tapi seolah-olah aku menepiskan semua harapan yang telah dibangun selama 3 hari ini.
Why? Why i did like this?
Apakah karena fotonya?
Jawabannya: Ya
Apakah karena dia tidak 'ganteng'?
Jawabannya: Ya
Apakah kau takut orang tuamu tidak setuju?
Jawabannya: Ya
Apakah kau takut dia akan menghianatimu?
Jawabannya: Ya
Apakah karena kau takut dia akan meninggalkanmu?
Jawabannya: Ya
Apakah kau menyesal meninggalkannya?
Jawabannya: YA!
#Anyway, thank you for your kindness Rah, thank you to be my english teacher. u deserve get beautiful woman all out of it and she is not me. u deserve happy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar