Selasa, 26 Juli 2011

Reflection

Aku bisa bilang kalau urusan hati itu seratus persen akan menguras banyak sekali air mata. Aku sudah yakin kalau kelenjar mebomku akan meledak kapan saja jika aku bersitegang dengan hati. Aku tidak akan salah memprediksi kalau nanti aku akan berteriak 10 oktaf kalau saja aku sudah tidak sanggup menahannya. Sebenarnya aku sudah sadar dan aku sangat waras dengan hal ini tapi selagi masih ada serpihan duri masa lalu itu, hidupku tidak pernah akan bisa normal kembali. Aku hanya ingin bebas dan merasakan udara sejuk di luar sana, aku ingin menarikan tarian kemenangan bahwa aku sudah bebas mengalahkan semua perasaan yang masih tersisa olehmu di masa lalu. Jujur aku lelah dan rasa sakit ini bagai aliran syaraf otonom yang tidak bisa aku raba dan rasakan. Dan dirimu, bisa aku deskripsikan seperti abstrak kehidupan. Tidak nyata, hanya bisa aku lihat dari jauh, selalu dari jauh. Tanganku tidak mampu menepuk punggung tanganmu dan suaraku juga tak bisa memintamu untuk menoleh ke arahku. Sekali lagi aku katakan bahwa itu jauh lebih sakit dari pada aku harus tertabrak truk tronton 10 roda. Parahnya, aku mendengar dari kawanku, kalau tindakanku, tindakan yang selalu menyakiti hatiku sendiri akan mematikan 1 sel normal setiap detiknya. Sekarang, sudah berapa sel normal yang aku hancurkan, sudah 10 tahun aku mengenalmu dan mari apakah mikroskop flouresens dapat melihat apoptosis dari selku sendiri? Aku ragu akan hal itu. 

Setiap orang akan berubah kapan pun, bahkan setiap menit orang baik bisa berubah menjadi orang jahat, begitu pun sebaliknya dan sepertinya aku tidak mengenal dirimu sama sekali di waktu sekarang. Hatiku babak belur bukan main karenamu. Semua rahasia yang sudah tersimpan lama rasanya ingin aku muntahkan begitu saja. Aku ingin berbicara empat mata dan biarkan Tuhan menjadi saksi kehidupan. Setidaknya hal itu akan membuat aku mati dengan tenang dan arwahku tidak akan gentayangan. 

Bertahun-tahun aku melukismu di kanvas kehidupanku. Aku berimajinasi untuk bisa ada disampingmu hingga akhir riwayatmu. Aku ingin menjadi satu-satunya orang yang bisa mengerti semua perasaanmu tapi sepertinya impian itu sudah musnah seiring berjalannya waktu.

Dulu memang kau masuk daftar teratas pencapaian hidupku. Aku ingin kamu selalu ada di momen pentingku, tapi rasanya aku sudah menyerah sekarang. Aku sudah kalah dan aku lelah.

Aku memang bukan wanita baik berwajah malaikat. Aku juga memiliki sisi gelap dalam hidupku dan ternyata impianku terlalu jauh agar kau bisa mengerti sisi menakutkanku itu. Aku terlalu banyak berharap dengan perasaan yang tak jelas akhirnya, yang tak jelas endingnya dan sekarang aku menyatakan kalau diriku, KELUAR.

Musthail aku bisa menghapusmu dari diriku, karena semakin aku hapus maka bayanganmu akan selalu menghantuiku dan aku akui, hal itu sangat sukses membuat aku menjadi depresi tingkat akut. Ya, aku tau mungkin luka ini akan sulit diobati sampai kapanpun, karena namamu sudah terlanjur membatu dihatiku dan entahlah sampai kapan aku bisa membuka kembali pintu yang terlanjur sudah aku tutup rapat bahkan oksigen pun tak kuizinkan masuk mengisi relung kosong di ruang itu. Aku hanya butuh waktu dan aku pun tak tahu sampai kapan waktu itu akan datang padaku karena aku mencintaimu. Aku mencintaimu tanpa jeda. Aku mencintaimu seperti apa adanya kamu. Aku mencintai seluruh kekuranganmu dan biarkan aku mencitaimu karena dengan mencintaimu aku bisa tetap menginjak bumi. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar