Selasa, 01 November 2011

Saya sangat sangat sangat sangat menyukaimu

GILA ya i'm going crazy. kenapa? karena selama seminggu ini aku bermimpi seseorang yang aku rasa itu refleksi dari keinginanku selama ini. Terima kasih Allah atas semua kebaikanmu.

Sebelum saya menulis, saya cuma mau bilang kalau, saya sangat sangat sangat sangat sangat sangat..... menyukaikmu!!!!!!!!!!!!!!!!

#Baru kali ini saya akan coba tulis di blog saya, whatever lah, ini akun saya ini. Butuh pelampaisan menulis, hihihihi.#

Saya dan dia bertemu bertahun" silam. Tepatnya ketika saya duduk di bangku sekolah dasar. Saya anak pindahan, begitu juga dia. Actually, saya pernah sekolah disitu, tapi karena waktu itu bapak harus mutasi ke solo jadi kami sekeluarga pindah ke kota batik tersebut, tetapi di tengah pindahan ternyata mutasinya gagal jadi harus pindah lagi ke Jakarta. Baiklah, kami harus pindahan lagi ke Jakarta, walaupun awalnya saya udah mewek" gak mau pindah ke Jakarta karena saya udah jatuh cinta sama Solo.

Satu tahun berlalu, ternyata banyak perubahan juga di sekolah saya, termasuk murid"nya dan saya mendapatkan beberapa anak baru. Ada 4 anak baru termasuk saya yang dihitung kembali sebagai murid pindahan oleh wali kelas saya. Saya senang karena musuh bebuyutan kami satu kelas yaitu *E* udah pindah sekolah, jadi saya merasa lebih baik berada di kelas dan ada perbedaan juga kalau kami dibuat satu kelas, gak kelas A atau B lagi. Baguslahhh pikirku saat itu, setidaknya saya lebih sedikit bergaul (saya memang anak yang susah bergaul saat kecil).

Well, dia adalah anak baru pindahan sekolah *A*, dia berkacamata, gendut, dan agak sedikit aneh :D (itu opiniku). Kami tidak pernah berbicara karena pada dasarnya saya memang tidak suka banyak berbicara. Awal kami mulai berkenalan itu pun juga aneh, di depan tukang es teh, dia lagi beli es teh, sedangkan saya baru saja mau berangkat sekolah (rumah saya sebelahan sama sekolah jadi kalo berangkat mepet jam 7).

"Untuk apa dia pagi" beli es teh" batinku, dasar "Anak aneh". Tiba" saja dia menyapaku dengan suara yang keras dan menurutku sangat keras.

 "Astri, kamu dapet rangking 3 ya? Wah hebat ya, baru pindah udah dapet rangking!!!" teriaknya.
"Ha? iya iya" Jawab saya cepat, saya berjalan cepat" dan menunduk. Sambil berjalan saya berfikir kenapa sih harus teriak? dan di pinggir jalan? haduh, malu deh. (hahahaha).

Itu adalah conversation saya yang pertama. Conversation kedua saya adalah ketika saya duduk di belakang dia (tempat duduk kami rolling kecuali dia). Terus saya bertanya ke dia "Kenapa kamu gak pindah? kami pindah, kenapa kamu enggak?" Dia cuma diam.

Bisa dibilang memang selama 3 tahun saya mengenal dia, kami hanya beberapa kali berbicara. Entahlah, mungkin karena saya juga tidak suka berbicara atau memang dia juga bukan teman yang asik untuk diajak berbicara. But overall, i love wayyy to much with him, hahahaha.

Setelah kejadian tempat duduk itu entahlah, saya bener" sebelnya minta ampun. Bener kata pepatah, jangan membeci sesuatu secara berlebihan karena akan menjadi cinta, ya sesuatu yang berlebihan itu emg gak bagus dan faktanya cinta dan benci itu beda 'tipis'.

Selama kelas 4 saya hanya dua kali ngobrol sama dia. Yes, just TWICE!!!! Selebihnya hanya menatap, betatapan, dan berakhir dengan rasa ingin melempar bola kasti ke mukanya. hahaha. Pikir saya, dia adalah orang kaya sombong, yang sama sekali gak membumi. Dia hanya berteman dengan teman" yang kalangan middle-high, ya itu pikiran anak kecil. Dia juga suka dijemput, bajunya rapih, dan bawa bekal.Yah, benar" orang kaya sombong *lagi"pikiran anak kecil, actually i'm still 9 years old*

Saya memang tidak suka bergaul semasa kecil, di SD saya hanya punya sedikit teman" dan hebatnya teman" dekat saya itu, benar" teman hingga saya sudah berumur 21 tahun ini. They are my best friends ever. Sebut saja mereka adalah peri" bumi yang mengenal saya, baik dalam maupun luar, baik hitam maupun putihnya kehidupan saya. Saya tidak menyesal dengan sikap saya semasa kecil yang tidak suka bergaul n berbicara, karena dengan bersikap itulah saya memahami hanya sedikit orang yang mau menerima saya, menerima anak kecil yang bukan dr keluarga kaya, anak kecil yang kurus, hitam, dekil, dan autis.

-Kelas 5-

Saya kedapetan duduk paling belakang. *lagi*. Padahal, mata saya sudah minus. Entah minus berapa, karena saya merasa tidak bisa melihat abjad dari kejauhan semenjak kelas 3 SD. Saat itu saya hanya bisa mengandalkan teman sebangku saya dan indera pendengaran saya. Dia, duduk nomor 3 dari depan. Jujur, saya tidak suka kelas lima, karena banyak hal" yang tidak aku suka.

1. Sahabatku sering sekali marah, entahlah, mungkin karena saya yang terlalu autis sampai" gak asik kalo diajak main.

2. Saya sangat menyukai *dia*.

3. Adik saya sakit :(

Saya menyukainya terhitung sejak kelas 5. Semua ini gara" aktivitas saya dan sahabat saya yang hobi sekali main petak umpet. Kami memang punya tempat persembunyian masing". Saya paling suka ngumpet di belakang sekolah, karena badan saya kecil, saya bisa nyelip di mana aja. Tiba" saat saya sedang mengintip teman saya *A* tiba" tangan saya ditarik olehnya, saya kaget, kemudian dia bilang "Sttt, jangan berisik, nanti ketauan" sambil menaruh jari telunjuk ke bibirnya. Spontan, saya kaget, karena pada awalnya dia gak ikut main kemudian saya ngumpet di belakang punggungnya, karena saya kecil dan dia besar, saya pun gak keliatan ketika teman saya *A* melewatinya. Setelah *A* lewat, dia memberi isyarat kepada saya untuk keluar dari balik punggungnya dan menyuruh saya untuk keluar dan bilang "IGLO"

Kejadian itu gak pernah akan saya lupakan, bahkan saya pernah menulis prosa untuknya yang berjudul "di balik punggung".

Sejak kejadian itu, bendera kebencian saya sudah turun dan saya ganti dengan bendera perdamaian. Saya mulai menyapanya dan tersenyum padanya jika bertemu dengannya, tapi sepertinya hal itu tidak diterima dengan baik olehnya. Tiba-tiba saja dia dikabarkan sakit. Kata temen", dia operasi. Dia terserang semacam penyakit penyumbatan darah di hidungnya dan ternyata kuman sudah membuat benteng di dalam selnya hingga menyebabkan infeksi.

Entahlah, selama dia tidak ada, saya merasa kehilangan. Setiap pagi, saya selalu berdoa supaya dia bisa masuk hari ini, tetapi hasilnya nihil. Tempat duduknya masih kosong. :(

Tiba" saja dari kejauhan saya mendengar salah seorang teman saya berkata "Tri, dia udah masuk!!". Saking senangnya saya ingin cepet" ketemu, kaki saya sampe kesandung bangku. hahaha dan antusiasme saya harus dibayarkan dengan rasa kecewa. Ketika saya menyapanya "Hai, udah sembuh ya?", dia tidak menjawab pertanyaan saya sama sekali. Dia langsung duduk di tempatnya dan teman" supernya mengerubunginya.

Ekspektasi saya sepertinya terlalu besar. Semenjak saat itu, saya urungkan niat untuk menyapanya kembali. Sialnya, wali kelas kami mengutus saya, dia, dan teman sebangku saya *M* untuk membacakan pidato perpisahan kelas 6. Mau gak mau saya harus bertemu dan berkomunikasi lagi dengannya. Saking gak tahannya saya dengan situasi saat itu, saya akhirnya menangis di kamar mandi sekolah.

Conversation kami yang pertama di kelas 5 dimulai:
Saat itu teman kami *M* terlambat datang ke sekolah sedangnkan acara perpisahan sebentar lagi dimulai. Tiba" dia mendekatiku. Aku senang dan lagi" berekspektasi lebih kalau dia akan menyapaku tapi ternyata lagi" salah, dia bilang "Liat *M*?" saya cuma jawab dengan isyarat gelengan kepala. Tidak lama tiba" si *M* muncul dan *M* pun bertanya sebaliknya padaku, "Astri, liat *dia*?" "Enggak" jawabku galak.

Acara pun dimulai dan kami bertiga menyelesaikan amanat dengan baik dan lancar. Alhamdulillah yah.... Ya, meskipun hati saya waktu itu jengkelnya sampe ubun", tapi seenggaknya saya bangga lah bisa nampang di atas panggung, hahaha *jiwakenarsisandarikeciludahtumbuh*

Beberapa hari setelahnya, teman laki" sekelas saya *A* ngasih sobekan kertas ke saya yang ada tulisan nomor telpon, alamat, dan deretan angka. Saya bertanya "Ini apa?", kemudian *A* menjawab "Ini nomor telpon *dia*, ini alamat *dia* tinggal, dan ini kode kunci rumahnya. Gw tau, lo suka dia kan?" Jelas *A* secara gambalang. Hello, saya baru kelas 5, masa iya umur saya yang masih kecil udah suka sama orang dan saya juga gak tau kenapa si *A* bisa bilang begitu. Tiba" teman saya *M* mendekat dan dia melihat sobekan kertas yang penuh dengan angka itu. Dia bertanya pada kami "Ini apa?" terus saya menjawab persis dengan kata" yang dijelaskan *A* pada saya. Tiba" teman saya *B* mendekat dan memergoki *M* memegang sobekan kertas yang isinya angka" itu, kemudain *B* teriak sambil godain *M* kalau *M* suka sama *dia*. Saya dan *A* hanya saling berpandangan dan *A* hanya menepuk pundak saya.

Keesokan harinya saya tanya sama *W* sahabat saya, apa iya saya suka sama *dia*. Apa iya, kalau rasa sebel ini karena saya cemburu? terus *W* cuma ketawa sambil godain saya. hahahaha #dasar anak kecil#

Satu tahun berlangsung dengan gosip *dia* dan *M* dan sepertinya *M* menikmati gosipnya, (who knows)

Semenjak kejadian itu, praktis, saya tidak pernah bicara dengan *dia* sama sekali sampai kelas 6.

-Kelas 6-
Buat saya tahun itu spesial, karena tahun ini adalah saat di mana saya merasa bahagia. Tahun 2000, tahun milenium.

Saya menjalani hari" saya dengan biasa, sekolah, ke pasar bantu ibu beli dagangan, ngurus adik yang sakit, main petak umpet dan menurut saya itu sudah cukup indah. Benar" masa kanak" yang cukup indah buat saya.

Sampai keindahan itu akhirnya harus padam saat teman" satu kelas musuhin saya. Sepertinya sih gak terlalu ngefek juga buat saya, toh saya memang gak terlalu suka bergaul. Tapi, gimana pun juga risih juga lama" kalau tiap hari dimusuhin. Akhirnya saat pelajaran PLKJ, saya duduk mojok di belakang, sambil gambar orang dengan situasi kemacetan lalu lintas Jakarta (yeah, i love painting. Melukis adalah salah satu terapi kebahagiaan saya semasa kecil, warna dan kertas adalah teman paling jujur buat saya).

Ketika saya sedang terhanyut dengan imajinasi saya, tiba" *B* si penyebar gosip, mendekati saya dan bilang kalau *dia* suka sama saya. Lalu, *C* datang mengatakan hal yang sama. Setelah itu, anak laki" teman super *dia* mendekati saya dan mengatakan hal yang sama terhadap saya.

Ini afa"an lagi, hal konyol apa lagi yang mau kalian buat. Gak puas apa kalian musuhin saya? Gak puas kalian gangguin saya? Emang saya salah apa? (Cuma itu yang bisa saya bilang dalem hati). Saya marah, sangat marah. Gara" *B* selama setahun saya tidak berkomunikasi dengan *dia*. Gara" gosip *B* tahun lalu, saya menangis sepanjang jalan menuju ke rumah. Ini apaan lagi? pikir saya.

Tiba" *dia* mendekat ke arah saya, dan bilang kalau dia suka sama saya. WHATTTTTTTTTTT!!!!!!!!!!!!

Gara" kejadian itu, hidup saya berubah total. Selama dua tahun, orang tidak melirik saya sama sekali, semenjak itu, teman" cewek sekelas saya baik"in saya, saya jauh dari kata "dimusuhin". Apa sih hebatnya *dia* sampai bisa bikin hidup saya berubah gini? Akhirnya saya memberanikan diri untuk telfon *dia* ke rumahnya, menanyakan apa bener semua kejadian ini?

"Halo, bisa bicara dengan *dia*?"
"Dari siapa?" jawab suara wanita, pikir saya itu ibunya.
"Temannya", jawab saya.
"Sebentar ya"
-gak lama terdengarlah suara dia-
"Halo?"
entah setelah mendengar suara dia dari telfon, jantung saya berdetak lebih keras, dan suara saya seperti tercekik di leher saya.
"Ya" jawab saya
"Ini siapa?" tanya *dia*
"Astri"
"Oh, astri, ada apa?" tanya *dia*
"Ohh gini, emang bener kalau kamu suka aku?" jawab saya tanpa tedeng aling"
"Ha?" jawab dia heran
"Iya, kamu bilang di sekolah kalau suka aku, emang bener?" jawab saya dengan sedikit deg"an
"Iya" jawabnya singkat
"Apa?" Jawab saya kaget
"Iya" jawab dia dengan nada lirih.
"Oh iya, yasudah makasih ya" jawab saya kaget.
#tutup telfon#
*jantung saya berdegup sangat kencang saat itu dan teman saya *R* cuma ketawa" ngeliat saya*

Keesokan harinya, saya bertemu dengan *dia* dan baru pertama kali ini saya melihat dia tersenyum terhadap saya karena kaget, saya cuma bisa bengong. Tiba" dari kejauhan *B* in the gang nyorakin kami. *Siallll* Kenapa ketemu dia sih, batin saya.

Selama pelajaran berlangsung *B* ngirimin surat" ke saya yang isinya ledekan" dan sumpah kalo gak ada guru di depan udah saya tonjok tuh dia. Akhirnya pas jam istirahat, saya ingat, itu hari sabtu, pake baju pramuka. Saat itu saya liat *dia* lagi duduk di deket tiang bendera, kemudian saya menghampiri dan duduk di sampingnya, lalu conversation ke-3 kami di mulai,

"Emang bener kamu suka aku? Apa sih yang kamu suka dari aku?" tanya saya lugas
"Iya, aku suka kamu, tapi aku gak mau pacaran sama kamu sekarang. Kita masih kecil, kita pacarannya kalau udah gede aja" jawabnya
"Pacaran? emang kalau orang suka itu pacaran ya?" tanya saya
"Iya, kayak abangku" jawab dia
Aku cuma mengangguk" kepala dan kami duduk seharian di deket tiang bendera berdua tanpa gangguan si *B* in the gang.

Banyak sekali kenangan setelah tersiar kabar bahwa *dia* menyukaiku. Tahun itu sangat singkat buatku karena baru tahun itu aku merasa bahwa ada orang yang peduli padaku, di saat adikku sedang sakit parah, saat keluargaku banyak masalah, ada seseorang yang menyukaiku. Tahun itu benar" spesial buatku.

Roda selalu berputar, keindahan itu tidak selamanya abadi di tahun itu, ada beberapa kejadian yang sangat pahit hingga membuat kesan traumatis terhadap diri saya pribadi. *M* teman saya ternyata suka beneran sama *dia* dan salah satu guru kami bilang bahwa, orang seperti saya tidak akan pernah bisa bertahan lama diposisi indah seperti ini. Salah satu sahabat saya *D* bilang pada saya "Gak usah didengerin apa kata orang Tri", sambil memeluk saya. Saya memang bukan anak menteri yang hidup berkecukupan, wajar kalau banyak orang menganggap remeh saya, wajar kalau orang lain banyak yang tidak suka dengan keadaan saya seperti ini.

Dan benar, pelangi tidak selalu ada di langit. Ayah saya, ayah paling super yang pernah saya punya datang menghampiri saya di saat istirahat sekolah. Lalu mengajak saya keluar sekolah.

"Tumben Bapak ke sini?" tanya saya.
"Iya, Bapak habis ketemu wali kelas." jawab Bapak
"Oh" jawab saya mengangguk.
"Astri anak Bapak, Bapak bangga dengan Astri, Bapak bangga Astri selalu dapet rangking, Bapak bangga sekali" tiba" Bapak memeluk saya dengan erat.
"Bapak kenapa?" tanya saya
"Gak papa, Astri, Bapak minta, kalau sudah saatnya pulang sekolah, pulang, jangan main terus di sekolah, Bapak minta juga tidak usah banyak bermain dengan teman" belajar yang rajin buat ujian." jelas Bapak
"Iya pak, maafin Astri ya kalau sering pulang terlambat. Habis Astri gak punya temen di rumah, Anang sakit terus Pak" Jawab saya sambi.
"Iya, makanya adik dijaga, terus Bapak pesen, kalau main sama temen wanita aja, seperti *W* gak usah punya banyak temen, inget Astri, kita bukan orang yang punya banyak duit. Jadi pilihlah teman yang setara dengan kita" jelas Bapak.

Kata-kata terakhir dari Bapak tadi bener" menampar wajah saya dan membuat saya sadar, tanpa banyak pembuktian apapun, tanpa harus banyak bertanya saya sudah paham maksut beliau. Sudah saatnya pelangi menghilang dan sudah saatnya saya kembali pulang ke rumah dan benar ternyata kabar itu tersiar tidak lama. Gak boleh ketinggian. Saat itu saya memutuskan untuk kembali tenggelam bersama keautisan saya. Saya memilih untuk menjauh dan terluka.

Tiba" *dia* menulis surat kepada saya tapi melalu perantara sahabatnya *A*, ketika saya membaca surat itu ternyata ada *M* di belakang saya dan saya yakin *M* membaca surat yang *dia* tulis untuk saya, akhirnya *M* lah yang membalas surat dari *dia*, entah isinya apa, sampai saat ini saya pun juga tidak tahu. Tapi dari tulisan *dia* yang khas, ada satu kata yang membuat saya bahagia, dia tulis kalau saya "Cantik". Dia adalah orang pertama yang bilang kalau saya cantik.

Itulah hari terakhir kami berkirim surat. Keesokan harinya saya bilang padanya bahwa saya benci dia. Ya saya tau kalo dia pasti kaget, tapi inilah yang harus saya lakukan, inilah yang saya harus lakukan dari dulu. Seharusnya saya tidak boleh terhanyut terlalu lama. Semenjak saat itu, kami berdua tidak pernah saling bertatapan dan berbicara. Jujur itu adalah hal paling buruk yang pernah saya alami. Oase saya hilang.

Kejadian yang tidak pernah saya lupa adalah saat kami perpisahan di puncak, *dia* tidak satu vila dengan kami. Malamnya, adiknya mendekatiku dan baru kali ini kami berbicara

"Kak Astri ya?" tanya adiknya
"Iya, kamu bukannya adiknya *dia*?" tanya saya kembali
" Iya, kakak belum tidur?" tanyanya
"Belum, kamu juga" jawabku
"Iya" jawabnya
"Kak, aku pengen jadi kak *M* deh, dia dapet rangking 1 terus dari kelas 1 ya?" tanyanya
"Heh? iya, dia memang pinter, jadilah seperti dia, jangan seperti kakak" jawabku
"Emang kenapa kak?" tanyanya
"karena kakak gak dapet rangking 1 terus" jawabku

Ya, jangan jadi sepertiku. Batinku.

Keesokan harinya aku melihat *dia* dia kolam renang. Teman" termasuk *B* masih suka godain kami berdua, tapi *dia* buang muka pas ngeliat saya. Wajarlah kalau dia bersikap seperti itu, harusnya saya tidak perlu kaget berlebihan. Ya, seperti itulah kehidupanku. Akhirnya dia membenciku dan aku kembali ke asalku. Sendiri.

Hingga sampai akhir kami sekolah, aku tidak pernah berdamai dengannya. Jika pertama kali aku jatuh cinta karena aku diselamatkan oleh punggungnya, begitupun juga saat aku berpisah, aku hanya bisa melihat punggungnya berkaos merah siang itu, dia berdiri di bawah pohon kelapa bersama ibunya. Aku hanya bisa melihat punggunnya dari jauh dan mengucapkan selamat tinggal padanya.

Bertahun-tahun aku mencoba melupakan semua kejadian itu, aku memulai kisah remajaku bersama teman" baruku. Berhasil tapi tidak mulus. SMP, berakhir sama tragisnya seperti masa" SD.

SMA adalah masa di mana perbaikan diri dimulai, mungkin terlalu kaku hatiku dengan semua skenario orang dewasa hingga membuat hatiku batu, sampai teman SMA ku bilang:

"Lo manusia batu yang pernah gw kenal Tri!!"

Saya memang tidak peka, bahkan tidak mau bersinggungan dengan hati mana pun, sudah saya bilang, kejadian itu membuat traumatis terhadap kepribadian saya. Seperti pelangi yang datang dan menghilang dengan cepat. Saya bersyukur Allah mempertemukan saya dengan teman" Solihah di masa" transisi hidup saya, saya yang dulu hampir tidak percaya Tuhan akhirnya saya disadarkan oleh bacaan ayat Qur'an salah satu murobbi saya. Saya Astri Ariyani, yang hidupnya berantakan, yang punya banyak dosa, yang punya masa lalu kelam, akhirnya tersungkur dihadapanNya dan menyerahkan semua kehidupan padaNya. Maha Suci Allah yang menolong hambanya ini kembali ke jalan yang benar.

Bertahun-tahun saya membangun kembali runtuhan hidup saya. Mencoba memaafkan dan mengikhlaskan semua yang pernah terjadi. Hingga dipenghujung tahun 2009 lalu masa lalu itu mulai robek kembali. Berawal dari friendster, alat komunikasi canggih modern yang sedang nge-tren di kalangan anak muda, siapapun bisa di cari lewat Friendster.

Berawal dari keisengan saya mencari makna dari nama saya sendiri hingga akhirnya terlintas nama *dia* di pikiran saya. Entahlah kenapa nama itu harus muncul kembali, susah payah aku melangkah sejauh ini, haruskah aku menabur garam di lukaku sendiri? Skenario tetaplah skenario, bagaimanapun harus terjadi, saya ketikkan namanya di salah satu akun website pencari terkenal di dunia *G*.

Ada beberapa informasi yang saya dapatkan. Tempat tinggalnya, aktivitasnya, dll. Sponta saya gemetar. *dia* yang sudah saya kubur dalam" di hati saya mencuat kembali. Keesokan harinya saya melihat ada emailnya di atas meja saya, entahlah, mungkin saya ngelindur sampai" saya tidak sadar mencatat emailnya.

Kenangan itu benar" terkuak kembali, saat itu semester 4, semester di mana kami mahasiswa biologi mengadakan KKL tiap tahunnya dan tujuan kami hari kedua adalah Taman Raya Cibodas. Jalanan yang kami lewati terasa tidak asing buatku dan benar ternyata jalan ini adalah jalanan di mana saya bersama *dia* dan teman" SD saya dulu menghabiskan malam perpisahan kami, jalanan menuju villa tersebut. Hatiku babak belur, baru 2 hari lalu aku dikejutkan dengan informasi dirinya dan sekarang aku diperlihatkan jalanan menuju villa. Jalanan itu tidak mengalami perubahan. Hatiku terasa sesak dan jantungku sakit sekali.

Akhirnya aku ceritakan kisah ini pada beberapa sahabat kuliahku, *H* adalah sahabat terbaikku. Dia adalah sahabat dengan saran" terkejam di dunia, hahaha... Aku ceritakan semua masalahku belakangan itu dan akhirnya aku memutuskan untuk mencarinya di friendster. Benar, *dia* punya friendster, setelah 3 hari aku menimbang, aku memberanikan diri untuk mengirim permintaan pertemanan kepadanya. Niatku hanya untuk berteman dan minta maaf atas semua kesalahanku. Mungkin dia sudah lupa dengan semua masalah itu atau mungkin dia sudah melupakanku. Yah, aku tulus berteman hanya berteman saja. Tidak perlu mengungkit masa lalu, itulah yang aku pikirkan.

Beberapa hari kemudian, sahabatku *I* menelponku dan dia bilang kalau *dia* menerima permintaan temanku dan menuliskan beberapa kata di wall ku. Benar, aku melihatnya, dia menanyakan kabarku dan di akhir kalimatnya dia menuliskan, kejadian waktu itu 'unik'. Ya, kejadian itu memang unik dan tak terlupakan jawabku. Aku melanggar janji yang telah aku buat, selama aku berkomunikasi dengannya hingga saat ini, sama sekali keluar jalur, aku lagi" berekspektasi lebih dan semua ini pada akhirnya membuatku terluka kembali, semua ini salahku, semua salahku, semua salahku.

Aku membawanya kembali masuk ke dalam kehidupanku saat ini dan parahnya luka ini lebih dari kata infeksi, sampai aku sudah tidak peduli efeknya bagaimana. Bahkan aku sudah tidak bisa melupakan dia kembali. Kejadian ini persis sama seperti kejadian waktu itu, tapi memang ada perbedaan di alurnya. Aku tahu dia menjauh dan tidak perlu banyak pertanyaan dan fakta, aku sudah tau dan mengerti kenapa dia berbuat seperti itu. Harusnya aku juga tidak perlu berekspektasi lebih jauh lagi, yang harus aku lakukan hanyalah kemabali ke ritual awalku, tenggelam.

Seminggu ini, *dia* tidak pernah absen dari mimpiku. Semua mimpi itu seperti refleksi dari keinginan pribadiku. Aku ingin kami bisa main petak umpet lagi, aku ingin dia memanggilku "Hai" kembali, dan aku ingin dia memaafkanku. Aku pernah menghapusnya di daftar teman akun jejaring sosialku. Bukan karena benci tapi karena aku terlalu menyukainya hingga tidak bisa memilah mana kenyataan mana mimpi.

Banyak orang yang bilang padaku, "Move on". Tidak perlu kau ajarkan aku untuk maju ke depan, setiap hari aku mencoba untuk bersusah payah membangun kembali diriku ini, tapi memang faktanya adalah dia datang di saat yang tepat, datang menolongku pada saat main petak umpet, datang saat yang lain tidak mau menemaniku, datang di saat aku membutuhkan teman untuk bermain, datang saat aku mengalami masalah berat di perlombaan, yang jelas dia datang di saat yang lain tidak ada. Itulah yang membuatnya spesial.

Saat ini, seharusnya aku tidak melakukan ekspektasi itu lagi. Kami sudah punya kehidupan masing-masing. Dia pasti bahagia dengan semua kehidupannya dan aku harus bahagia dengan kehidupanku saat ini dan yang akan datang. Aku selalu berdoa agar dia selalu baik-baik saja, sukses, sehat, dan bahagia di luar sana. Walaupun pada akhirnya kami tidak akan bisa bertemu lagi, aku selalu mengingatnya walaupun hanya wajah *dia*  dalam versi dia masih kecil, tapi aku bahagia bisa mengenalnya.

November, aku bahagia, aku pastiiiiiiiiiiiiiiiii bahagiaaa ^_^


4 komentar:

  1. ini skenario Tuhan..
    km sendiri yg nulis untuk memasrahkan sgalanya sm Tuhan.. kamu hanya manusia biasa,,nikmati apa yg telah Tuhan gariskan..
    dan mimpi itu sama dengan doa. semakin sering kamu panjatkan,,semakin sering Tuhan mendengar.. dan selanjutnya biarkan Tuhan yang bekerja...
    kamu akan diberikan jalan untuk kembali,,atau sbuah jalan yg baru.. ini masih proses.. enjoy it!! pahit maupun manis,,suatu saat nanti kita sendirilah yang akan merasakan hasil perjuangan kita..

    BalasHapus
  2. skenario Tuhan emg indah ya, seperti yang pernah gw tweet di akun twitter gw je, kalo gw emg gak pernah tau skenario Tuhan gimana yg gw tau, skenario Tuhan itu indah. Dua kali gw ditinggal nikah orang, sakitnya sama, tapi habis itu ilang sudah, kalau memang pada suatu saat dia mengakhiri masa sendirinya dengan orang lain, gw turut bahagia n pasti gw akan bahagia dengan pilihan Allah yang lain. Allah is fair (sambil menguatkan hati)

    BalasHapus
  3. Hai Mbak, salam kenal ya sama imunz. Nyengir baca tulisan mbak, kalu sudi sila mampir di blog saya :)

    BalasHapus
  4. Haiii imunzzz.... makasih ya udah baca blog saya.... insya Allah saya akan baca blog kamu...

    salam blogger ;)

    BalasHapus