Jumat, 01 Februari 2013

"Untuk apa seseorang tahu sesuatu kalau memang tidak ada yang bisa diubah? Kita tak tahu dan tak pernah pasti tahu hingga semuanya berlalu. Benar atau salah, dituruti atau tidak dituruti, pada akhirnya yang membuktikan cuma waktu. Dan itu membuat kita kadang bertanya: lalu untuk apa? Untuk apa diberi pertanda jika ternyata tak bisa mengubah apa-apa? Untuk apa tahu sebelum waktunya? Memang tidak mudah menerima pertanda, menerima diri kita yang dikirimi pertanda. Firasat tidak menjadikan kita lebih pandai daripada yang lain. Sering kali firasat justru menjadi siksa. Jadi untuk apa kita semua di sini? Untuk beajar menerima. Saat kita belajar menerima diri, dan berdamai dengan hidup ini." (Firasat, Rectoverso)

Kau - dengan kaus merahmu yang kebesaran. Dengan rambut cepak yang baru saja kau potong seminggu yang lalu. Aku sejenak iri dengan tanganmu yang dengan bebas menyeka butir keringat yang membasahi keningmu. Punggungmu yang sedikit membungkuk. Itulah firasatku. Kali terakhir aku melihatmu meski kau mencoba untuk mencari siluetku disudut-sudut kelas tapi aku harus pergi karena aku telah menerima pertanda dari malaikat bahwa raga kita tidak akan pernah bertemu lagi. Aku hanya bisa melihat punggungmu yang sedikit membungkuk dari jauh sambil berbisik "Aku cinta padamu".

Bertahun-tahun aku menunggu bukti dari firasat ini meski pada akhirnya aku sudah tahu jawabannya tapi hatiku tidak setegar yang kukira. Lukanya masih membasah dan tak pernah kering. Aku sudah lupa kapan aku bisa tertidur lelap tanpa dihantui oleh punggungmu. Hembusan angin itu masih bisa aku cium. Aku ingat kapan dan persis di mana kau berdiri. Memori itu seperti sebuah kutukan crustacius, menyakitkan. 

Hari ini kau berulang tahun. Jika tahun-tahun sebelumnya aku selalu membuat perayaan bodoh yang ditemani oleh sebuah lilin merah kecil, menepukkan kedua tanganku kemudian kutiup sambil memohon kepada Tuhan semoga kau selalu dalam lindunganNya. Hari ini, aku hanya bisa menatap awan biru yang dihiasi segumpal awan putih sambil berbisik "Selamat Ulang Tahun - (sayang)" meski aku tahu ulang tahunmu tahun ini ditemani oleh belahan jiwamu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar