Namaku Astri. Umurku 23 tahun. Cita-citaku menjadi kesatria
baja hitam. Hari ini dokterku bilang akan ada penyumbatan di otakku. Sebelumnya
aku divonis akan lumpuh dan ususku akan dipotong. Entah vonis apa lagi yang
akan hinggap di diriku sebelum aku masuk liar kubur. Intinya aku sudah tidak
peduli lagi dengan vonis-vonis manusia berjas putih itu. Aku hanya ingin hidup
normal tanpa antibiotik yang harus aku minum sebulan sekali.
Hari ini aku patah hati. Firasat itu kembali menghinggap di
kepalaku. Ya, aku jatuh cinta padanya tetapi orang yang kucinta itu tidak akan
menjadi milikku. Kau tau bagaimana perasaanku? Aku ingin sekali manusia berjas
putih itu mengambil tindakan pembedahan otak sesegera mungkin bahkan aku ingin
memutuskan syaraf spinal yang ada di cerebelumku, membuat semua vonis itu
terjadi.
Aku tidak akan bertanya mengapa lagi saat ini. Saat ini aku
benar-benar berada pada titik pasrah. Pasrah kepada aliran takdir yang akan
membawaku. Tapi, sebelum aku mati, aku ingin bisa menyentuh salju meski itu
hanya diujung jariku. Aku ingin bersepeda sekali saja mengelilingi bunga
sakura. Aku ingin memakai jas hujan berwarna kuning sambil berlarian dengan
wajah menghadap ke langit, menikmati tetesan derasnya hujan. Aku ingin naik
balon udara. Aku ingin paralayang memakai kacamata besar. Sebelum mati aku
ingin duduk di bangku panjang berkayu, bersandar, ya (hanya) menyandarkan
kepalaku yang lelah ke bahunya.
Terlalu banyakah Tuhan?
Aku sudah ada pada tahap lelah saat ini. Akhir tahun yang
luar biasa. Aku kehilangan semuanya. Kekasihku, karirku, temanku, dan (hampir)
orang tuaku. Awal tahun yang luar biasa. Aku kehilangan jati diriku hingga aku
menjadi manusia paling rendah di bumi dan sekarang aku kehilangan sisa-sisa
harapanku.
Tidak pantaskah aku?
Aku tidak bertanya lagi, begitu kan janjiku padaMu. Ya,
baiklah. Aku tidak akan bertanya lagi karena sungguh aku benar-benar tidak lagi
menginjak bumi saat ini.
Tapi Tuhan, tunggu. Tunggulah aku. Sebelum aku berjalan dan
binasa, aku ingin mereka yang menjagaku saat ini bahagia. Dua pasang mata sayu
itu, aku ingin mereka bangga padaku. Sandiwaraku belum usai jadi tolong, tunggu
sebentar. Aku ingin di sini melihat mereka bernafas dengan baik. Tunggu
sebentar Tuhan.
And I don’t knowThis could break my heart or save meNothing’s realUntil you let go completely
And I don’t knowI could crash and burn but maybeAt the end of this roadI might catch a glimpse of me
Tidak ada komentar:
Posting Komentar